Ada sebagian orang yang terus mengeluh dan bersedih karena tidak mendapatkan pekerjaan. Berbagai cara sudah dilakukan, tetapi pekerjaan idaman belum juga didapatkan.
Pada sisi lain, ada juga sebagian orang yang tidak bersyukur ketika sudah mendapatkan pekerjaan. Dia bekerja asal-asalan, tidak semangat, tidak dengan dedikasi, bahkan sampai bertindak yang merugikan kantor tempat dia bekerja.
Padahal dahulu ketika pertama kali mendapatkan pekerjaan itu, dia semangat luar biasa. Berusaha dan berdoa tidak pernah putus seraya bergantung kepada Allah Sang Khalik.
Bersabar serta bersyukur sesungguhnya tidak mengenal tempat dan juga waktu. Dalam kondisi apa pun, kedua hal tersebut sejatinya harus beriringan karena itulah benteng orang beriman.
Tidak semata-mata Allah memberikan nikmat kecuali untuk disyukuri. Juga tidak semata-mata Allah menurunkan duka, kecuali untuk dihadapi dengan sabar dan ikhlas. Keduanya sama-sama datang dari-Nya.
Ketika Allah menakdirkan kita belum mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, sabar dan terus ikhtiar adalah solusinya. Sebabnya, dalam proses tersebut ada hikmah luar biasa yang Allah siapkan apabila kita paham dan ikhlas menerimanya.
Allah menurunkan pahala atas kesabaran hamba-Nya melalui kepayahan dalam mencari pekerjaan. Bagaimana kualitas ikhtiar, kesabaran, dan kecerdasan seorang hamba akan terlihat dalam masa sulit. Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, siapa tahu justru di situ Allah memberikan kasih sayang-Nya.
Bukankah bersabar dalam situasi sulit pahalanya lebih besar dibandingkan dengan bersabar di kala kita sedang jaya? Harus kita pahami bahwa keadilan dan kasih sayang Allah itu tidak akan meleset sedikit pun.
Tengok kalau sebaliknya. Ada sebagian orang sudah enak mendapatkan pekerjaan, dapat gaji setiap bulan, nafkah untuk keluarga berjalan lancar, dan tidak menemui kesulitan soal uang.
Namun, orang tersebut tidak pernah serius dalam bekerja, asal-asalan, bahkan berbuat yang merugikan kantor tempat dia bekerja. Di satu sisi dia sudah enak karena sudah dapat kerja, di sisi lain dia malah tidak bersyukur dengan bekerja lebih giat.
Secara lahiriah, mungkin dia mendapatkan nominal yang besar. Namun, harta hasil kerjanya tidak akan berkah dan bermanfaat untuk diri serta keluarganya. Allah akan mencabut nilai kebaikan dari hasil usahanya karena dia sudah mengkhianati proses jalannya rezeki.
Bagi orang yang beriman, ketika Allah menakdirkan dia mendapatkan suatu pekerjaan, akan dimaknai sebagai amanah sekaligus rezeki. Oleh karena itu, dari pemaknaan tersebut akan lahir rasa syukur kepada Allah yang telah membuatnya punya jalan rezeki untuk keluarganya.
Kemudian lebih lanjut, dia akan bekerja secara maksimal, penuh dedikasi, dan ikhlas melakukannya. Dia bekerja dengan tangan dan pikirannya. Selain itu, dia juga akan merasa bertanggung jawab sehingga tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan kantor tempat dia bernaung mencari nafkah.
Allah sudah memudahkan jalannya rezeki, memberikan nikmat sehat atas badan dan pikiran, lalu ingin membuat alasan apa lagi untuk tidak segera bersyukur kepada Allah?
Segeralah bekerja dengan sebaik-baiknya dengan tangan serta pikiran. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Allah. Sebabnya, masih banyak yang kurang beruntung dalam pekerjaan.
Suatu ketika Rasulullah yang mulia ditanya oleh salah seorang sahabatnya mengenai pekerjaan apa yang paling baik, Rasulullah menjawab, “Pekerjaan yang engkau lakukan dengan tanganmu!”
Bekerja merupakan sarana untuk mendapatkan kebahagiaan kalau dilaksanakan dengan baik dan ikhlas melalui syukur. Kepayahan dalam usaha dan ikhtiar mencari pekerjaan juga termasuk sarana mendapatkan pahala dari Allah melalui sabar.
Keduanya sama-sama jalan untuk mendapatkan pahala dari Allah. Inilah dua kunci kebahagiaan yang sejatinya dipegang teguh oleh orang yang beriman. Sesungguhnya mereka akan mendapatkan kebahagiaan siapa pun yang memegang erat dua kunci ini. Wallahualam.