Oleh: Prof KH Dadang Kahmad, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Islam adalah agama yang konsisten dalam ajarannya, memberi perhatian yang seimbang kepada jasmani dan rohani. Ajarannya menganjurkan untuk berhubungan kuat dengan Tuhan dan bergaul baik dengan sesama manusia, bahkan dengan semua ciptaan Tuhan.
Jika kita membuka Al-Quran banyak sekali ayatnya yang mengatakan hal tersebut. Ketika bicara perintah takwa selalu dihubungkan dengan berbuat baik kepada manusia. Ketika ada perintah shalat selalu diikuti dengan perintah membayar zakat.
Oleh karena itu, jika kita baca penyebab kebanyakan orang masuk surga di samping karena beriman kepada Allah juga karena mereka dalam hidupnya bergaul dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik.
Akhlak adalah aspek agama Islam yang paling penting setelah akidah. Orang paling baik keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Akidah tidak terlihat bentuknya dan tidak dapat dilihat oleh orang lain karena adanya di dalam hati, sedangkan akhlak adalah aspek agama yang paling bisa dilihat dan dinilai oleh orang lain.
Baik buruknya keimanan seseorang dapat dilihat dari baik buruknya akhlak orang tersebut. Rasulullah SAW mengatakan: “Tidak beriman seseorang sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.
Ukuran kedalaman beragama seseorang dapat diukur oleh cara orang tersebut beragul dengan sesamanya.
Makin baik hubungan sosial seseorang, makin dalam keberagamaan orang tersebut. Sebaliknya makin buruk hubungan sosial seseorang mencerminkan dangkalnya keberagamaan orang itu.
Banyak orang yang kelihatannya saleh, tetapi penuh dengki kepada orang lain, atau merendahkan orang lain, bahkan melikuidasi orang lain.
Dalam Islam banyak ditemukan baik di dalam Al-Quran maupun Al-Hadits perintah untuk mengedepankan akhlak yang baik dalam beragama.
Rasulullah Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak mulia, supaya manusia lebih beradab dan lebih terhormat sesuai dengan martabat aslinya sebagai makhluk Allah SWT yang paling sempurna.
Bahkan Rasulullah SAW dipuji oleh Allah SWT atas keagungan akhlaknya. Masyarakat Islam pada zaman awal perkembangannya dikenal dengan kebaikan akhlaknya.
Mereka menyayangi satu sama lain. Orang kaya menyayangi orang miskin dan anak yatim. Mereka juga menghormati tamu dan memaafkan kesalahan manusia. Digambarkan ketika para Muhajirin baru saja tiba di Madinah mereka disambut dengan suka cita oleh penduduk asli Madinah.
Melihat keadaan penduduk yang ramah tersebut, Rasulullah SAW langsung mempersaudarakan antara pendatang dengan penduduk Madinah (Anshar). Mereka saling menyayangi dan memberi keperluan yang dibutuhkan kaum Muhajirin.
Di balik perintah kewajiban menjalankan ibadah mahdah, seperti shalat, puasa, haji, dan zakat mempunyai implikasi terhadap terbentuknya akhlak yang baik.
Hal tersebut sebagai realisasi dari ajaran hablum minnallah wa hablumminannasi, berhubungan dengan Allah dan berhubungan dengan manusia. Karena tidak sempurna seseorang imannya sampai ia berlaku baik dan bergaul dengan manusia dengan akhlak yang mulia.
Sabda Nabi Muhammad SAW: “Hurrima ‘alan naari: kullu hayyinun, layyinun, sahlun, qariibun.”
Diharamkan masuk neraka setiap yang “hayyin”, yakni orang yang lembut hatinya; “layyinun”, yakni orang yang lembut perilaku dan tutur katanya; “sahlun,” yakni orang yang suka memudahkan urusan orang lain, tidak mempersulit; “qariibun,” yakni orang yang mudah akrab dan mudah diakrabi.
Sumber: Majalah “Suara Muhammadiyah” edisi 18
Editor: FA