Oleh: Rafi Tajdidul Haq, Sekum PC IMM Bandung Timur
Seabad lebih Muhammadiyah berkiprah memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Banyak sekolah dibangun mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal tersebut menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi yang memiliki lembaga pendidikan terbanyak di Indonesia bahkan di dunia.
Konsentrasi Muhammadiyah untuk memajukan pendidikan terlihat sejak organisasi ini didirikan di Kauman, Yogyakarta, dengan mendirikan sekolah-sekolah yang mempunyai konsep dan daya tarik berbeda.
Muhammadiyah sering disebut sebagai organisasi pembaharuan Islam atau organisasi modernis dan reformis Islam. Dimensi pembaharuan tersebut disalurkan ke berbagai bidang tak terkecuali lewat lembaga pendidikan.
Aspek paling menonjol yang paling penting dari sekolah Muhammadiyah ialah kurikulum yang diajarkan dan metode atau pendekatan yang digunakan.
Aktivisme Muhammadiyah dalam mengembangkan lembaga pendidikan tersebut mengundang banyak perhatian baik lokal maupun asing. Baik dulu ketika awal berdiri maupun sekarang setelah banyaknya lembaga pendidikan yang dibangun.
Salah satu peneliti asing yang sangat tertarik meneliti tentang Muhammadiyah ialah Mitsuo Nakamura, seorang peneliti asal Jepang. Karena minatnya yang tinggi tersebut, ia bahkan rutin datang dan menyaksikan langsung tiap Muktamar Muhammadiyah yang digelar sejak dirinya mulai aktif meneliti awal tahun 70-an.
Penelitiannya tentang Muhammadiyah diabadikan dalam disertasinya di Universitas Cornell, Amerika Serikat dengan judul The Crescent Arises over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Bulan Sabit Terbit dari Balik Pohon Beringin: Studi Tentang Organisasi Muhammadiyah di Sebuah Kota di Jawa Tengah). Yang kemudian dijadikan sebuah buku dengan judul yang hampir sama.
Berdasarkan hasil penelitiannya Nakamura menyebutkan beberapa hal menarik dari sekolah Muhammadiyah pada awal mula berdirinya. Di mana pada perkembangan berikutnya ciri khas sekolah Muhammadiyah tersebut banyak diadopsi oleh lembaga pendidikan lainnya.
Pertama, menjadi lembaga pendidikan alternatif di kala warga lokal tidak bisa bersekolah di pendidikan umum Hindia Belanda. Menurutnya, waktu itu kecil kesempatan untuk bersekolah di sekolah “negeri” bahkan untuk anak pedagang kaya sekalipun.
Kedua, pemisahan Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri. Sedangkan pada waktu itu di sekolah bercorak agama seperti di pesantren bahasa arab hanya dijadikan bagian dalam membaca al-Qur’an.
Ketiga, di sekolah-sekolah Muhammadiyah ditekankan pengetahuan sejarah Islam yang disejajarkan dengan sejarah Indonesia. Para pengajar menyampaikan tentang zaman kemajuan umat Islam dan membandingkannya dengan kemunduran umat Islam pada waktu itu, termasuk umat Islam di Indonesia.
Keempat, diajarkan pengetahuan ilmiah praktis. Seperti ilmu matematika, biologi, fisika dan kimia. Di mana pada saat yang bersamaan tidak banyak kurikulum serupa di sebuah sekolah Islam. Menurut Nakamura, singkatnya ialah kesan umum terhadap lembaga pendidikan Muhammadiyah pada saat itu, jika ingin menemukan pendidikan moderen sekolah-sekolah Muhammadiyah merupakan perwujudan utamanya dibanding sekolah “negeri”.
Sebab itu pendidikan Muhammadiyah menurutnya sangatlah penting karena: 1). Dapat membangkitkan kesadaran nasional Indonesia lewat corak Islam; 2). melalui sekolah Muhammadiyah ideologi pembaharuan Islam semakin meluas; dan 3). Meningkatkan penyebaran pengetahuan praktis sains moderen.
Itulah kesan Nakamura terhadap pendidikan Muhammadiyah yang menurutnya banyak kemenarikan-kemenarikan di dalamnya. Penelitian Nakamura tersebut hemat penulis sangatlah berharga dalam rangka menguraikan dimensi-dimensi pembaharuan yang selama ini telah dilakukan oleh Muhammadiyah, sekaligus menjadi jawaban bagi mereka yang tidak bisa melihat sisi modernis dan reformis organisasi yang didirikan KH. Ahmad Dahlan ini.