JAKARTA – Banyak cara dilakukan oleh warga Persyarikatan untuk menggembirakan Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 yang berlangsung di Surakarta, Jawa Tengah, 18-20 November 2022 lalu.
Salah satunya dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Andri Pranolo, S.Kom., M.Cs. Untuk menggembirakan Muktamar, Andri melakukan Night Run atau lari malam Yogyakarta-Solo sejauh 60 km.
Ditemani Guru SD Muhammadiyah Bodon Kotagede, Agung Fajar, keduanya start pada Jumat, 18 November 2022 pukul 20.30 WIB dari Gedung Dakwah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta dan finish di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Sabtu pukul 06.30 WIB.
“Kami mulai lari sekitar pukul 20.00 WIB di PWM DIY. Sejak awal berlari sudah hujan hingga mau memasuki wilayah Solo, sehingga sepanjang perjalanan diiringi hujan deras. Hal tersebutlah yang menjadi tantangan night run kami, meskipun sudah membawa beberapa perlengkapan seperti penerang jalan. Gelapnya jalan dan beberapa genangan air di sekitar jalan yang membuat kami sedikit kesusahan dan membutuhkan penerangan,” jelas Andri.
Ide lari Yogya-Solo sendiri berasal dari usulan Agung tiga bulan sebelum Muktamar. Agung memilih lari untuk berfastabiqul khairat dengan warga Muhammadiyah lainnya yang telah mengadakan bersepeda jarak jauh hingga jalan kaki jauh menuju area Muktamar.
“Saya ngobrol dengan pak Andri yang juga seorang pelari. Kemudian, saya menyampaikan, ‘Mas, kalau ngadain muktamaran bagaimana?’,” kenang Agung. Andri pun langsung menyetujui. Awalnya, lari 60 K ini diagendakan bersama komunitas pelari UAD Runner. Akan tetapi karena mayoritas anggota UAD Runner bertugas menjadi petugas Muktamar, maka akhirnya hanya Andri dan Agung saja yang merealisasikannya.
Di bawah guyuran hujan deras, Agung dan Andri terus berlari tanpa dukungan dari pihak manapun. Tak ada tim rescue, tak ada tim kesehatan, tak ada water station, apalagi pengamanan. Mereka mengandalkan diri mereka sendiri.
“Selain self-support, night run ini juga tidak mengejar cut of time seperti lomba lari pada umumnya. Jadi, intinya kami berlari dengan nyaman dan gembira bersama tim saling mengingatkan apabila terdapat hal-hal yang membahayakan selama perjalanan. Misalnya jalan berlubang, tiba-tiba ada kendaraan besar yang melewati, dan lain-lain,” ungkap Andri.
Adapun rute yang mereka pilih adalah jalur utama Yogyakarta-Solo karena dipikir lebih aman dan pasti dibandingkan dengan jalur kecil atau jalur alternatif.
Memasuki wilayah Delanggu, Kabupaten Klaten, Agung yang baru berlari jarak jauh ini sempat berpikir untuk menyerah. Akan tetapi dukungan dari Andri menguatkan semangatnya untuk menuntaskan misi sampai ke Solo.
“Karena masih membayangkan harus menempuh jarak 20 km lagi, sehingga awalnya ingin berhenti di KM 48 saja. Kemudian, pak Andri yang sudah berpengalaman di lari ultra terus memberikan dorongan dan motivasi untuk menyelesaikan misi dan berkat itu akhirnya finish sampai di Edutorium UMS,” kenang Andri.
Tak sia-sia, perjuangan, semangat, dan kebulatan tekad mereka menuntaskan misi itu berhasil. Setelah berlari selama 11 jam, mereka berdua akhirnya tiba di garis finish yaitu salah satu venue utama Muktamar, gedung Edutorium UMS, pada hari Sabtu (19/11), beberapa jam sebelum dibukanya Muktamar.
“Alhamdulillah, kami finis lebih pagi pada pukul 07.00 WIB di Edutorium UMS dan disambut oleh teman-teman komunitas UAD Runner, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Tiongkok, keluarga UAD, dan keluarga Muhammadiyah yang turut hadir sebagai penggembira Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48. Setelah menempuh lari 60 km, kami dalam keadaan sehat serta tidak ada cedera yang berarti, dan kami bangga sebagai penggembira Muktamar ke-48,” kata Andri.***(AFN)