Penulis: Amalia Irfani, Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM
Generasi muda berintegritas, cekatan, senang belajar dan memiliki visi memajukan adalah faktor terpenting dari tumbuh, berkembang, dan bertahannya suatu organisasi.
Generasi muda identik dengan semangat, inovasi kreasi serta kecermatan menguasai teknologi. Sebab di new media, generasi ulung akan unggul jika cermat dalam memanfaatkan berbagai fasilitas media sosial.
Dari beberapa generasi persyarikatan Muhammadiyah yang penulis temui di Kota Pontianak Kalimantan Barat dan beberapa daerah Kota/Kabupaten, kader militan sangat banyak.
Beberapa "mencintai" Muhammadiyah tanpa secara struktur bergabung dan aktif di organisasi. Yang lain terbawa alam lingkungan (biasa disebut kader biologis), ikhlash berkorban tenaga, waktu, bahkan rupiah yang tidak lagi dapat dihitung sebab lillah.
Militansi yang tidak perlu diragukan. Tetapi dalam bincang kecil tersebut beberapa kader militan yang kebanyakan sudah berusia sepuh, dan memiliki jabatan di pimpinan daerah cabang dan ranting mengungkapkan kegelisahan akan kelanjutan penerus mereka kelak.
Generasi yang menurut Mujiyono (63 tahun) salah satu pendiri beberapa sekolah tingkat dasar, menengah pertama dan atas Kabupaten Kubu Raya wawancara (20/12/2022) sudah langka di Muhammadiyah.
Pak Muji sapaan akrabnya lahir di Yogyakarta dan mengabdikan dirinya sebagai guru agama hingga purna bakti di Desa Rasau Jaya, berharap pengkaderan menjadi salah satu target kerja pimpinan.
“Kita ini miskin ulama di daerah, Muhammadiyah memang kurang pandai dalam pengkaderan”, keluhnya.
Keluhan Pak Muji, juga disampaikan oleh beberapa tokoh Muhammadiyah yang sekarang sudah berusia sepuh. Mereka menilai generasi sekarang kurang semangat, tidak sama geliat dan perjuangannya. Sesuatu yang tidak boleh dianggap sebelah mata, ini adalah tantangan dan pekerjaan rumah bagi persyarikatan Muhammadiyah.
Kader dan Kesuksesan
Minimnya sumber daya manusia muda potensial Muhammadiyah di daerah merupakan salah satu fenomena bahwa kaderisasi harus menjadi “tumpuan” perhatian Pimpinan Persyarikatan, khususnya yang ada di wilayah (PWM).
Memang telah banyak kebijakan, kegiatan dan proses yang dilakukan, hanya saja belum sesuai harapan. Wawancara penulis dengan salah satu kader militan Muhammadiyah yang berjibaku memberikan perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan Muhammadiyah, dr. Muhammad Taufik, Sp.OG, juga menguraikan hal senada seperti yang menjadi kebimbangan Pak Muji tentang kader muda Muhammadiyah.
Ditemui diruang Praktek di Rumah Sakit Ibu dan Anak Jeumpa (14/12/2022), dr. Taufik menguraikan beberapa yang juga menjadi kegelisahannya.
“Pengkaderan belum berjalan dengan baik, sehingga belum berkembang, saya kuatir nanti akan terputus”, keluhnya. Ia menambahkan, yang muda-muda harus diberi ruang untuk maju dan tampil.
Optimalisasi Pengkaderan
Kaderisasi dapat dipahami sebagai usaha pembentukan dan melahirkan kader struktural. Dari proses kaderisasi maka akan tampil sosok individu terpilih, dimana tidak semua yang ikut akan menjadi kader sesuai tujuan.
Dalam Islam, kaderisasi dilakukan untuk mempersiapkan pemimpin masa depan yang tangguh sebagai usaha mempertahankan dan mengembangkan umat terbaik (Q.S. Ali Imran : 110). Mempertahankan generasi organisasi untuk melanjutkan estafet perjuangan adalah istilah lain kaderisasi.
Jika kita merujuk pada bagaimana kaderisasi yang dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabat, para sahabat ke tabiin dan seterusnya maka itulah contoh pengkaderan sukses, terlihat dari hasil akhir yang diinginkan.
Rasulullah mencontohkan pengkaderan merupakan usaha mencetak banyak pemimpin tangguh. Yang tidak hanya kuat mental, tetapi juga memiliki inner power dalam menyebarkan agama Allah. Untuk masa sekarang kekuatan tersebut terletak pada dakwah berbasis filantropi, salah satunya diusung oleh persyarikatan Muhammadiyah dengan jargon berkemajuan.
Berkemajuan Muhammadiyah adalah maju, dinamis, mandiri, produktif, dan proaktif sesuai prinsip dan kepribadian sebagai gerakan Islam bermisi dakwah dan tajdid. ***