BANDUNG – Dosen UM Bandung Sopaat Rahmat Selamet mengatakan bahwa dinamika gerakan Muhammadiyah dalam konteks lokal dan nasional menjadi sesuatu hal yang menarik.
Tidak hanya di Yogyakarta, Jawa Barat juga menjadi tempat bersejarah bagi perjalanan Muhammadiyah berbagai tingkatan.
Pada Kongres Muhammadiyah 1921, organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini diizinkan membuka cabang di luar Yogyakarta.
”Awal Februari 1923, resmilah Muhammadiyah Cabang Garut berdiri dan menjadi kota pertama di Jawa Barat,” ucap pria yang akrab disapa Kang Sopaat dalam program Gerakan Subuh Mengaji, Minggu 12 Februari 2023.
Pada Konferensi Muhammadiyah di Garut (23-25/03/1940), hadir seluruh utusan pimpinan Muhammadiyah dari seluruh Tanah Air.
”Konferensi ini menjadi event bersejarah yang melahirkan 12 langkah Muhammadiyah,” tutur Kang Sopaat.
Beberapa bulan menjelang pelaksanaan Konferensi Muhammadiyah di Bogor, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Batavia, Kasman Singodimedjo, ditangkap kolonial Belanda karena dianggap delik.
”Dampak dari kejadian itu, beberapa cabang Muhammadiyah dilarang mengadakan berbagai kegiatan, seperti rapat, pengajian, dan kursus,” ungkap Kang Sopaat.
Pendidikan
Provinsi yang saat itu bernama Priangan itu juga menjadi tempat penyelenggaraan konferensi pengajaran ke-1 Muhammadiyah.
”Event ini menjadi bukti kepercayaan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah kepada Jawa Barat sebagai tuan rumah penyelenggara kegiatan dalam konteks aspek pendidikan,” ucap Kang Sopaat.
Event itu juga menjadikan Jawa Barat sebagai penyelenggara ujian penghabisan SMP Muhammadiyah se-Indonesia.
”Ini jadi sesuatu hal yang membanggakan dan perlu mendapatkan perhatian sebagai pembelajaran dari peristiwa masa lalu,” kata Kang Sopaat.
Kang Sopaat menegaskan bahwa esensi mengkaji peristiwa masa lalu adalah mengambil saripati, antara lain terkait keteladanan tokoh (generasi) dan karakter manajerial leadership serta kekuatan taawwun (kolaborasi). Yakni sebagai kekuatan dalam membangun dan memajukan persyarikatan Muhammadiyah. ***(FK)