“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” [QS. Al Anbiya (21): 88].
Banyak orang berdoa, memohon kepada Allah swt ketika sudah tidak mampu lagi berpikir dan berusaha. Allah Swt menjadi pelariannya. Tetapi ketika diberi rejeki dan anugerah yang luas ia tidak ingat akan Tuhannya. Tapi Allah tetap saja memperkenankan orang-orang yang berdoa.
Allah tidak sakit hati ketika manusia hanya berdoa saat dia butuh saja. Allah akan tetap memenuhi segala kebutuhan manusia, asal ia memintanya.
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” [QS. Yunus (10): 106]
Kemaharahiman Allah ini sebagai bentuk rasa sayang yang sangat dari Pencipta kepada makhluknya. Diingkari bagaimanapun, Allah tetap sayang kepada manusia.
Bahkan walau manusia itu tidak mempercayai dan meyakini Allah Swt Zat yang Mahatunggal yang tidak beranak dan diperanakkan, serta satu-satunya tempat bergantung, Allah Swt tetap akan memberikan rasa sayangnya itu.
Sebaliknya, manusia ada saja yang ingkar dengan menduakannya serta mencari tempat bergantung kepada sesama manusia.
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.” [QS. Al Isra (17): 67]
Manusia yang meminta dan bergantung kepada makhluk goib, sejatinya mengingkari Kemahakuasaan Allah. Makhluk goib itu sendiri merupakan makhluk Allah. Ia dapat hidup pun karena Kemaharahiman Allah swt.
Sungguh tidak elok, bila ada manusia yang memohon kepada sesama makhluk, padahal makhluk tersebut pun mendapat karunia hidup dari Allah. Kenapa tidak langsung berdoa kepada Allah Swt.
Firman-Nya, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan (doa) bagimu.” [QS. Al Mu’min (40): 60]. Semudah itu Allah Swt memperkenankan hambaNya untuk memohon secara langsung kepadaNya. Tanpa perantara. Doa bukanlah mantra-mantra.
Berdoa tidak perlu sesaji. Berdoa tidak perlu perantara. Berdoa mesti diiringi dengan keimanan kepada Allah Swt. Berdoa bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja. Berdoa menunjukan kerendahan diri dan hati manusia di hadapan Tuhannya. Berdoalah, dan Allah Swt akan mengabulkannya.
Makna Doa Sesungguhnya
Hidup kita selalu dipenuhi kebutuhan – sandang, papan dan pangan – agar kita menjalaninya penuh warna-warni. Karena kita selalu membutuhkan sesuatu dalam hidup inilah, melahirkan upaya, usaha, dan kerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
• Ada petani yang telaten menanam untuk memenuhi kebutuhan pangan kita.
• Ada tukang bangunan yang hadir untuk penuhi kebutuhan kita terhadap papan.
• Ada tukang jahit pakaian yang siap sedia memenuhi kebutuhan kita terhadap sandang.
• Ada dunia kerja yang telah menjadi sumber penghasilan kita sehingga bisa digunakan untuk mendapatkan sandang, papan, dan pangan.
Namun, sadarkah bahwa di balik terpenuhinya seluruh kebutuhan hidup kita, ada Allah yang selalu menyediakannya untuk kita?
Sadarkah juga, bahwa dibalik usaha keras yang kita lakukan itu, ada Allah yang selalu memberikan hasil untuk memenuhi aneka kebutuhan kita?
Sadarkah kita, bahwa Allah selalu memenuhi apa yang kita butuhkan dalam hidup?
Di saat kita menginginkan rumah, meskipun secara logika, gaji kita kecil; dengan izin Allah, rumah itu kita miliki?
Di saat kita lapar menyergap tubuh, Allah mengundang tetangga kita untuk memberikan sedekah makanan ke rumah kita?
Di saat kita putus harapan, hilang optimisme, dan masalah mengerangkeng jiwa; Allah utus seseorang untuk menyelesaikannya?
Kami berharap setiap yang kita butuhkan dalam hidup, akan selalu dipenuhi oleh Allah; bukan hanya oleh usaha yang kita lakukan. Karena banyak kejadian yang mengindikasikan hal itu; seperti halnya ketika kita berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tinggal, lantas membeli tanah dan banting tulang bekerja siang malam.
Tetapi, kebutuhan kita tidak terpenuhi karena Allah belum menghendaki kita memiliki rumah permanen. Kita pun selalu mengontrak dari tahun ke tahun. Kita pun selalu bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah. Kita pun masih harus membayar cicilan yang setiap bulan seolah mencekik hidup.
Apa yang kita butuhkan pun seolah susah diperoleh, sulit didapat, dan begitu membutuhkan perjuangan yang melelahkan. Kenapa begitu, ya? Kok, bisa setelah kita berusaha dengan keras; namun tak pernah bisa memenuhi kebutuhan hidup?
Ingatlah, jangan-jangan kita tidak pernah mengadukan, meminta, dan menanam harapan kepada Allah untuk memenuhi setiap kebutuhan hidup kita. Karena kita jarang meminta, mengadukan, dan memohon pada-Nya, sehingga Allah marah karena tak pernah dijadikan sebagai sandaran hidup.
Allah berbeda dengan manusia. Kalau manusia bila terus menerus dipinta, dia akan menghindar dan marah. Tetapi, Allah berbeda dengan manusia; bila tak pernah dipinta, Dia akan marah dan terus memerhatikan kita: salah satunya dengan memberikan ujian berupa kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.
Hidup ini hadir sebagai penggugah kesadaran kita tentang Allah yang selalu berada dibalik terpenuhinya kebutuhan manusia. Meskipun Allah selalu kita lupakan ketika terpenuhinya kebutuhan hidup, namun Dia tidak lantas berhenti memenuhi setiap apa yang kita inginkan dan butuhkan.
Dia selalu akan memenuhinya meskipun kita tidak pernah meminta kepada-Nya, meskipun kita tetap mengabaikan-Nya, dan meskipun kita tidak pernah meyakini kebaikan-Nya. Dia akan selalu memberi tanpa kita pinta. Dia akan memenuhi kebutuhan kita meskipun tak pernah memercikkan harapan hanya kepada-Nya.
Hajatmu dipenuhi Allah
Karena Allah yang menciptakan kita, tentunya setiap apa yang kita butuhkan dalam hidup telah disediakan-Nya, apa yang kita harapkan sudah tersedia, dan apa yang menjadi sumber kepuasan kita telah diciptakan oleh-Nya.
Kita, tinggal berusaha untuk mewujudkan apa yang kita butuhkan, harapkan, dan inginkan dalam hidup dengan menggerakkan jasad. “Adukanlah Segala Hajatmu pada Allah”.
InsyaAllah dengan demikian, setiap gerak jasad kita akan diberikan pahala yang besar di akhirat nanti, setiap usaha kita berbuah surga, dan setiap kehendak kita diridhai Allah.
Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang mempunyai hajat (kebutuhan) kepada Allah atau kepada salah seorang dari anak Adam, hendaklah ia berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu shalat dua rakaat, kemudian hendaklah ia mengucapkan pujian kepada Allah dan mengucapkan shalawat kepada Nabi Saw., dan kemudian hendaklah berdoa.” (HR Tirmidzi dan Ibn Majah). ***[SAB]