YOGYAKARTA – Pada Resepsi Milad ke-106 Áisyiyah, Ketua Umum PP Áisyiyah, Salmah Orbayinah mengatakan bahwa persoalan semakin kompleks, maka Áisyiyah bukan hanya bergerak pada persoalan perempuan dan anak, tetapi juga dalam konteks kebangsaan.
Dalam Resepsi Milad ke-106 Áisyiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jumat (19/5/2023), Salmah mengatakan bahwa saat ini bangsa Indonesia telah disibukkan dengan persiapan Pemilu 2024. Dan Áisyiyah mendukung terselenggaranya Pemilu yang berkeadaban menuju demokrasi yang substantif.
“Dalam kehidupan politik kebangsaan ‘Aisyiyah mengembangkan sikap kebangsaan yang berpijak pada kejujuran, keadilan, kebenaran, tanggung jawab, kedamaian dan berakhlak mulia untuk membawa Indonesia berkemajuan.” Ungkapnya.
Dalam konteks Pemilu dan kebangsaan, perempuan yang akrab disapa Bu Bayin ini menyinggung tentang rendahnya keterlibatan perempuan dalam demokrasi di Indonesia, khususnya dalam partai politik untuk maju dicalonkan menjadi legislatif maupun eksekutif.
Menurutnya, keterlibatan perempuan memiliki arti penting dalam penyelenggaraan Pemilu. Oleh karena itu, diperlukan terobosan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam pesta demokrasi di Indonesia. Sebab sampai sejauh ini, partisipasi perempuan masih sangat minim.
“Rendahnya angka keterwakilan perempuan di parlemen sedikit banyak berpengaruh terhadap isu kebijakan terkait kesetaraan gender dan belum mampu merespon masalah utama yang dihadapi oleh perempuan.” Tuturnya.
Dalam 30 persen kuota yang disediakan bagi perempuan, jumlah yang saat ini terlibat masih berada di bawah angka tersebut. Tidak bisa dipungkiri, hal itu berdampak pada kebijakan publik yang diambil yang acapkali mengesampingkan isu-isu tentang keperempuanan.
Selain itu juga akan membawa perempuan pada cara pandang yang berbeda dalam melihat dan menyelesaikan berbagai permasalahan publik karena perempuan akan lebih berpikir holistik dan responsif gender. Keberadaan perempuan di parlemen juga akan berdampak pada perumusan kebijakan yang adil.
“Untuk itu meningkatkan pendidikan politik pada perempuan harus terus menerus dilakukan, bukan hanya organisasi perempuan, komunitas dan akademisi namun semua pihak yang memiliki kepentingan dengan menghadirkan politik yang santun, jujur, dan ramah bagi perempuan demi untuk mewujudkan demokrasi yang substantif.” Katanya.
Áisyiyah berharap pada Pemilu 2024 menjadi ajang rekonsiliasi nasional dan mencegah terjadinya pembelahan politik yang potensial merusak bangsa. Dan kepada pemimpin terpilih nantinya, Áisyiyah berharap dia memiliki kompetensi dan berpihak kepada masyarakat.***