BEKASI — Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustaz Adi Hidayat menyampaikan bahwa di dalam Islam, keimanan itu harus diimplementasikan dalam pembuktian, tidak hanya tersimpan di dalam hati. Meski iman bagian dari amalan hati, namun pembuktiannya ialah dengan perilaku.
“Contohnya ialah cinta. Cinta itu amalan hati. Bagaimana diketahui adanya amalan cinta, lewat perilaku dan ekspresi. Ayah dan ibu cinta pada anaknya, dari mana kita tahu? Ketika ayah dan ibu mengeluarkan ekspresinya, seperti merawat, menyayangi, memeluk, memberikan kebutuhan, ini cinta namanya,” ucap Ustaz Adi Hidayat pada Senin (9/5/2023).
Menurut Adi Hidayat, iman merupakan amalan hati yang paling tinggi. Dalam konteks kemanusiaan, iman merupakan hak individu yang paling dilindungi. Hal tersebut dibuktikan dengan UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 yang menyebutkan: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
“Kita ini bukan negara agama tapi menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara dengan dasar-dasar agama. Jadi saya ingin katakan, iman itu butuh pembuktian. Iman itu amalan hati, kalau terpendam, dari mana tahunya ada iman? Harus ada pembuktian dengan ekspresi, perilaku,” terang Dai kondang Muhammadiyah ini.
Pembuktian iman kepada Allah harus dengan amalan saleh. Allah memberikan aturan-aturan hidup berupa perintah dan larangan sebagai alat uji apakah seseorang memiliki iman atau tidak. Jika imannya tebal, maka ia akan mengerjakan setiap perintah Allah dalam Kitab Suci dengan rajin beribadah seperti salat, zakat, puasa, sedekah, dan amalan-amalan terbaik lainnya.
“Karena itu, Al Quran tidak hanya disebut sebagai bacaan tapi juga pedoman hidup, dalam bahasa Arab disebut dengan ‘Hudan’. Jadi Al Quran bukan hanya dibaca tapi tahu isi setelah itu kita amalkan dengan sungguh-sungguh,” tutur Alumni Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Garut ini. ***