GARUT - Pondok Pesantren Mu’allimin Mu’allimat Muhammadiyah Garut sebagai pelopor sistem Pendidikan Terpadu di Kabupaten Garut, sehingga berkarya untuk meningkatkan pelayanan dan pengelolaan Pendidikan bagi masyarakat. Karena pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Sejak awal berdiri, alhamdulillah pada hari ini Selasa Tanggal 13 Juni Tahun 2023 Pesantren Muallimin Muallimat Muhamamdiyah Garut telah melaksanakan Tasyakur Pelepasan Santri Angkatan ke-36 (TAPANTRI). Dengan rincian meluluskan santri Tingkat MTs kelas IX berjumlah 18 Santri dan tingkat MA Kelas XII berjumlah 14 Santri total keseluruhan 32 santri tahun ajaran 2022-2023.
Pesantren Mu'allimin Mu'allimat Muhammadiyah Garut sebagai lembaga pendidikan terdepan dalam Menyiapkan santriwan/santriwati yang berpola pikir cerdas, terampil, iman taqwa serta berahklak mulia.
Tak hanya itu, Kurikulum MTs dan MA Mu’allimin Mu’allimat Garut pada dasarnya mengacu pada kurikulum Mu’allimin Mu’allimat Yogyakarta dengan menggunakan “Perimbangan“ dan “Terpadu“ mata pelajaran Agama dan Umum dengan perbandingan, yakni: Mata pelajaran Agama = 39 jam mata pelajaran (53,4 %) dan mata pelajaran Umum = 34 jam mata pelajaran (46,6 %).
Mata pelajaran agama yang 53,4 % itu adalah sesuai dengan kelaziman Pondok, yaitu diisi dengan berbagai pelajaran yang bersumber dari kitab-kitab kuning (berbahasa arab) tidak mengggunakan buku-buku terjemahan, dengan harapan pada tahun tiga tahun kedua (MA), santri telah meiliki kunci untuk penguasaan bacaan untuk kitab-kitab kuning.
Pada kesempatan TAPANTRI k-36 ini, hadir memberikan sambutan H. Enjang Tedi, S.Sos, M.Sos, Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat F-PAN, yang bertindak selaku orangtua asuh santri. Ia mengatakan bahwa lulusan Mu'allimin Mu'allimat Muhammadiyah Garut bisa menjadi kader persyarikatan, ummat dan bangsa.
"Selamat buat para santri dan orang tua, semoga para lulusan bisa jadi kader persyarikatan, ummat dan bangsa. Kehadiran mereka di dunia ini dapat bermanfaat untuk masyarakat." katanya.
Kang Enjang juga mewanti-wanti para santri untuk tidak lelah dalam belajar, karena untuk membangun peradaban diperlukan konsistensi dalam balajar yang dilakukan sepanjang hayat.
"Para santri kudu faham bahwa belajar itu harus dilakukan sepanjang hayat, selama nyawa dikandung badan." pungkasnya.***