Iklan

Iklan

,

Iklan

Memakmurkan Masjid Muhammadiyah

Redaksi
Senin, 17 Juni 2024, 19:21 WIB Last Updated 2024-06-17T12:21:52Z


Oleh : As'ad Bukhari, S.Sos., MA,
Alumni Pendidikan Intensif Muballigh Muda Berkemajuan


JAKARTA -- Masjid adalah baitullah yang menjadi tempat bersujud di rumah Allah untuk melakukan ibadah mahdah dan ibadah ghairu mahdoh. Banyak hal yang bisa dilakukan di masjid baik urusan ibadah, ekonomi, politik, budaya, dakwah, pendidikan, pelatihan, dan sebagainya. 


Masjid merupakan tempat paling sentral dalam menyusun kebijakan keumatan, agenda keumatan, program keumatan dan kegiatan keumatan. Sudah seharusnya setiap agenda itu berbasis Masjid, agar titik kumpul dan titik kesepakatan berjamaah lebih dapat dilakukan secara strategis lagi terukur. Peran penting Masjid sebagai pusat peradaban seperti di dalam Sirah Nabawi dan sejarah peradaban islam terdahulu, terhadap kekayaan dan kemajuan berbasis Masjid menjadi sebuah kekuatan paling potensial dalam kegiatan dakwah Islamiyah. 


Kiyai Ahmad Dahlan memiliki kisah perjuangan dalam membangun masjid yang mendapat penolakan, bahkan mendapat persekusi pembongkaran masjid atau disebut surau di masanya. Sejarah menyedihkan itu pun bukan datang dari kelompok tak dikenal, bahkan Kiyai Ahmad Dahlan sendiri tahu siapa aktor intelektual yang mempengaruhi umat membongkar masjid atau surau nya itu yang masih bagian dadi tokoh ulama agamawan elit di lingkungannya. 


Apalagi kala itu Kiyai Ahmad Dahlan masih dianggap Muda dan membawa pemahaman agama aneh dinilai kafir, Kristen bahkan berbau hindia Belanda. Kiyai Ahmad Dahlan secara budaya paham dan memiliki kecerdasan tinggi, namun secara dakwah membawa pesan anti takhayul, bid’ah dan churafat. Daripada berpenampilan ulama lazim tapi tak bisa mencerdaskan ummat dan tak mampu membedakan mana penampilan hasil budaya dengan esensi paham agama, Kiyai Ahmad Dahlan tampil lebih modernis dan kekinian di zamannya dengan memadupadakan nuansa jawa, Timur Tengah dan Eropa dalam dakwah Islam. 


Akan tetapi situasi hari ini telah banyak mengalami perubahan dan perbedaan yang cukup jauh, di mana umumnya ulama banyak yang menentang ajaran Muhammadiyah yang dibawakan Kiyai Ahmad Dahlan, justru malah paling depan mengadopsi dan meniru tanpa mengakui kilas sejarahnya.  Cara Kiyai Ahmad Dahlan dalam dakwah anti TBC tidak dengan cara frontal, separadis, keras dan tidak mengkafirkan. 


Kiyai Ahmad Dahlan cerdas, beliau selalu mengalihkan dalam kegiatan yang lebih bermanfaat untuk mencerdaskan akal Logika seperti dialihkan menjadi kegiatan pengajian seperti nurul asri, wal asir, al maun dan lainnya. Dialihkan kegiatan seni olahraga kepanduan seperti cikal bakal hizbul wathon, silat tapak suci, bermain biola, dan sejenisnya. Termasuk membangun masjid atau surau sebagai pusat kegiatan dalam mensyiarkan Muhammadiyah sebagai gerakan organisasi islam yang telah dipelajari Kiyai Ahmad Dahlan dari perkumpulan organisasi terdahulu nya seperti syarikat dagang islam, budi  utomo, joung java dan yang lainnya. 


Mendirikan masjid atau surau yang cenderung tidak sama itu tidaklah mudah, sebab akan ada penolakan, perlawanan, atau bahkan pembongkoran yang dilakukan sebagai bentuk pembungkaman dakwah. Namun, Kiyai Ahmad Dahlan tetap tanah dan sabar bahkan tenang dalam menghadapi situasi tersebut sehingga justru para keluarganya sendiri pula yang merayu nya agar tetap tinggal di kauman, agar tidak pergi atau berpindah hijrah. Buah kesabaran itu yang semakin lama membuat Muhammadiyah menjadi sang pencerah di sekitar keraton dan kauman tentunya. 


Memakmurkan masjid Muhammadiyah bagian dari jihadul ilmi dan jihdul khidmi untuk tetap senantiasa mencerahkan kehidupan semesta, walaupun semesta belum mau menerimanya dan mengakuinya. Muhammadiyah banyak mempelopori peradaban islam di tanah air sebagai dakwah tajdid baik dari meluruskan arah kiblat, falak hisab, sholat idul di lapangan, membentuk lembaga urusan haji, membangun masjid dengan ornamen budaya lokal, seni penggunaan biola, memakai imamah sorban batik, penggunaan kacamata, sarung batik, menggunakan jas, pendidikan agama dan umum yang dipadukan, ruang kelas meja kursi dengan papan tulis, khutbah dengan bahasa daerah atau Indonesia, ngaji langsung praktek amal nyata dan lain sebagainya. 


Semula yang dilakukan itu tadi dianggap aneh tidak lazim dan ditolak karena tak masuk dalam pandangan keagamaan zaman itu oleh para ulama lokal dan tokoh agamawan konservatif lagi tradisionalis. Langkah dakwah yang berkemajuan itu memang tidak mudah, akan tetapi begitu indah lagi mencerahkan bila akhirnya diterima dan dinikmati. 


Pentingnya memakmurkan masjid Muhammadiyah sebagai bentuk rasa cinta dan peduli, serta tidak kagetan apalagi ribut jika masjid sendiri dianggap diambil alih oleh orang lain dalam kepengurusan atau dalam kegiatan ataupun pada jamaahnya. Seringkali merasa tak terima masjid Muhammadiyah pada akhirnya tak lagi sesuai cita dan harapan, sedangkan tak punya upaya untuk mengisi dan memakmurkan masjid Muhammadiyah itu sendiri. Diminta agar diberikan amanah untuk mengurusi dianggap sudah lelah karena telah mengurusi amal usaha Muhammadiyah lain dan sekaligus jadi pimpinan struktural, tapi terkadang tak memikirkan sikap mencerahkan jika mengalami sitausi masjid Muhammadiyah menjadi lemah. 


Belum lagi jika dikaitkan dengan adanya gerakan transnasional, gerakan politik praktis dan gerakan ideologi lain yang masuk mempengaruhi masjid Muhammadiyah. Sebuah ironi yang sangat nyata terjadi hampir di semua masjid dan muhsolla Muhammadiyah yang lemah mengurusi masjidnya. 


Memakmurkan masjid Muhammadiyah tentu dengan konsep manajemen masjid dan sesuai dengan ideologi Muhammadiyah sebagai pedoman utama. Masjid Muhammadiyah sudah seharusnya dapat menyelamatkan jamaah masjid agar tidak mudah dipengaruhi kepentingan politisi. Banyak contoh rule model atau masjid percontohan yang ada di negeri ini yang bisa dipelajari disesuaikan mana yang cocok dengan situasi lingkungan masjid daerah masing-masing. 


Perlu adanya peta dakwah masjid baik peta pendanaan, peta jamaah, peta lingkungan, peta profesi dan lainnya. Pentingnya manajemen masjid Muhammadiyah sebagai panduan dan pedoman utama yang harus segara dilakukan, agar semua takmir masjid Muhammadiyah atau DKM sebagai dewan kemakmuran masjid Muhammadiyah memiliki buku panduan praktis pengelolaannya. Selebihnya tinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan ciri khas lingkungan masjid Muhammadiyah itu sendiri. 


Marilah jadi pemakmur masjid Muhammadiyah, pemakmur musholla Muhammadiyah, jika belum punya jadi pemakmur Masjid sekitar dengan mebawa nilai islam berkemajuan Muhammadiyah. Gerakan kembali ke masjid Muhammadiyah dan menmbuat program memakmurkan masjid Muhammadiyah yang kreatif dan inovatif seperti mendapat hadiah umroh, hadiah barang, mendapat apresiasi, mendapat kenyamanan, atau mendapat reward apapun itu yang tak mesti bernilai barang material saja. 


Pada intinya memakmurkan masjid Muhammadiyah adalah tugas bersama dan harusnya bersyukur, sebab masih banyak warga Muhammadiyah yang belum memiliki masjid atau musholla bahkan sulitnya pendanaan untuk mendapatkan lahan tanah wakaf, kesulitan biaya pembangunan bahkan sampai kesulitan perizinan maupun bentuk kesulitan lainnya. Kembali ke masjid Muhammadiyah untuk membangun peradaban islam berkemajuan secara berjamaah demi mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan umat bangsa.

Iklan