JAKARTA — Dalam tradisi spiritual Islam, perjalanan menuju Ma’rifatullah, atau pengenalan akan Allah, merupakan proses panjang yang melibatkan transformasi diri. Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Sopa mengatakan bahwa proses ini mesti ditempuh oleh seorang sālik atau penempuh jalan spiritual.
Dalam Pengajian Tarjih pada Rabu (24/7/2024), Sopa mengungkapkan tiga tahapan utama yang harus dilalui oleh seorang sālik untuk mencapai Ma’rifatullah. Tahap pertama dalam perjalanan ini adalah persiapan, di mana seorang sālik harus menyelesaikan berbagai jenjang kehidupan spiritual yang dikenal sebagai maqamat. Menurut Al-Ghazali, maqamat ini meliputi sejumlah langkah penting, antara lain:
Taubat: Proses penyesalan atas dosa-dosa yang lalu dan bertekad untuk tidak mengulanginya.
Wara’: Menjaga diri dari hal-hal yang diragukan kehalalannya dan menjauhi segala bentuk dosa.
Zuhud: Memilih untuk hidup sederhana dan tidak terikat pada kenikmatan duniawi.
Faqir: Kesadaran akan ketergantungan sepenuhnya kepada Allah dan bukan kepada materi.
Sabar: Ketabahan dalam menghadapi cobaan dan tetap berpegang teguh pada jalan kebenaran.
Tawakal: Menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha dengan sebaik-baiknya.
Ridha: Penerimaan atas segala ketentuan Allah dengan hati yang lapang.
Setelah mencapai tingkat tertentu dalam maqamat, tahap kedua seorang sālik akan memperoleh limpahan pengetahuan langsung dari Tuhan melalui proses illuminatif yang disebut mukasyafah. Pada tahap ini, hijab yang menutupi hati seorang sālik akan tersingkap, dan dia akan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang realitas ilahiah. Pengetahuan ini bukanlah hasil dari pemikiran rasional semata, melainkan dari pengalaman spiritual yang bersifat langsung dan intuitif.
Tahap ketiga dalam perjalanan menuju Ma’rifatullah menurut Sopa adalah pengungkapan, di mana seorang sālik mulai menafsirkan dan menyampaikan pengalaman mistiknya kepada orang lain. Pengungkapan ini bisa dilakukan melalui ucapan atau tulisan, meskipun pengalaman mistik itu sendiri sering kali sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ini seperti mencoba menjelaskan rasa manisnya gula; sulit untuk dideskripsikan dengan tepat, tetapi dapat dirasakan secara langsung.
Ketika seorang sālik mencapai tahap pengungkapan, ia telah tiba di puncak spiritualitas, yaitu Ma’rifatullah. Pada titik ini, sālik memahami rahasia-rahasia ilahi dengan kedalaman yang sulit dicapai oleh nalar biasa. Meskipun demikian, pengetahuan ini tetap bersifat personal dan subjektif, karena setiap sālik merasakannya dengan cara yang unik.
Perjalanan menuju Ma’rifatullah adalah sebuah pencarian yang menuntut kesungguhan, ketekunan, dan kesabaran. Dalam dunia yang penuh dengan kesibukan dan distraksi, pencapaian Ma’rifatullah mengingatkan kita akan pentingnya menyelami kedalaman spiritualitas untuk menemukan kedamaian sejati.