Iklan

Iklan

,

Iklan

Guru Era 4.0

Redaksi
Minggu, 07 Juli 2024, 10:56 WIB Last Updated 2024-07-07T03:57:14Z


Oleh: Faozan Amar,
  Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah | Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHAMKA

JAKARTA -- Salah satu faktor utama dalam proses belajar mengajar di semua tingkatan lembaga Pendidikan dari mulai PAUD sampai Perguruan Tinggi adalah guru/dosen. Sekalipun dalam beberapa hal perannya mulai tergantikan oleh mbah Google, namun dalam praktiknya guru masih tetap diperlukan. 


Guru bukan hanya melakukan transfer of knowledge kepada peserta didik, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai karakter dan budi pekerti yang tidak bisa sepenuhnya diwakilkan dengan kehadiran teknologi.


Sejak wabah pandemi COVID-19 melanda negeri ini, dampaknya dirasakan oleh semua sektor kehidupan. Sektor pendidikan termasuk yang terkena dampak langsung. Sehingga, proses pendidikan mulai dari penerimaan peserta didik baru (PPDB), pembelajaran, penilaian tengah dan akhir semester, sampai kepada wisuda kelulusan dilakukan secara daring alias online. Kecuali pada daerah-daerah tertentu yang masuk zona hijau.


Semuanya itu dilakukan sebagai bagian dari ikhtiar untuk mencegah dan memotong mata rantai penyebaran wabah Covid-19 agar tidak semakin meluas. Dampaknya, kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertanggung jawab terhadap sektor pendidikan nasional, mengalami perubahan yang signifikan. Hal bisa dilihat dari adanya kebijakan penghapusan ujian nasional, pembelajaran jarak jauh (PJJ), penggunaan dana BOS untuk membeli masker, sabun cuci tangan, handsanitizer, pulsa kuota internet, kurikulum darurat, pemberian subsidi kuota internet, dan lain sebagainya.


Muara dari itu semua adalah bahwa kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945, harus tetap dilaksanakan dalam kondisi apa pun dan bagaimanapun. Sehingga, sekalipun proses belajar mengajar tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya, proses pendidikan dapat terus berjalan. 


Wabah pandemi Covid-19 di samping berdampak negatif dalam Pendidikan, juga memiliki sisi positif yang darinya kita bisa belajar. Yakni tentang pentingnya disiplin menjaga protokol kesehatan. Sebab, siapapun bisa terkena virus Covid-19, apakah dia rakyat atau pejabat, murid atau guru, orang tua atau anak-anak, dan sebagainya. Disamping itu, virus corona ini juga mengubah metode dan cara pembelajaran, yakni dari pembelajaran tatap muka (PTM) ke pembelajaran jarak jauh (PJJ).     


Karena itulah, guru dituntut harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh pada saat wabah pandemi dan juga era 4.0 seperti sekarang ini. Sehingga Pendidikan tetap bisa berjalan, sekalipun tidak tentu saja belum sepenuhnya seperti yang diharapkan.


Pendidikan era 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pada pemanfaatan teknologi digital (digitalisasi) dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system). Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung menjadi lebih mudah, cepat, dan berkelanjutan (kontinuitas) tanpa tersekat oleh batas ruang dan waktu. Sehingga proses pembelajaran bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. 


Pendiri Alibaba Group, Jack Ma, dalam acara tahunan World Economic Forum 2018, menyatakan bahwa Pendidikan merupakan tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar mengajar, maka 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana saat ini terimplementasikan, akan menghasilkan anak didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin. Karena itu, jika Pendidikan tidak mampu beradaptasi dengan zaman, maka akan ditinggalkan masyarakat.  


Wabah virus corona mempercepat pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher-centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning). Sehingga belajar dari rumah (BDH) menemukan momentumnya, walaupun pada awalnya dilakukan dengan keterpaksaan. Namun setelah berjalan lebih dari enam bulan, pada akhirnya lambat laun akan menjadi kebiasaan.


Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik berbeda dengan pembelajaran yang berpusat pada pendidik. Pada abad 21 sekarang ini, student-centered learning sering disebut sebagai 4 C, yaitu : Communication (Komunikasi), Collaboration (Kerjasama), Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah), dan Creativity and Innovation (Daya cipta dan Inovasi). Maka Ketika belajar di rumah, kolaborasi antara guru, orang tua dan siswa menjadi penting dan strategis untuk dilakukan.


Menurut Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Efendi, setidaknya ada lima kompetensi yang harus dimiliki peserta didik agar mampu bersaing di era industri 4.0 tersebut adalah: Kemampuan berpikir kritis, memiliki kreativitas dan kemampuan yang inovatif, kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik, kemampuan kerjasama, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.


Itu semua menjadi tantangan bagi para guru dan menuntut keterampilan guru yang lebih kreatif dan inovatif. Apalagi pada sistem pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini. Jika tidak, maka guru bukan tidak mungkin tidak lagi digugu dan ditiru. Sebab, dianggap jadul dan ketinggalan zaman (out of date) oleh para peserta didik. Selamat Hari Guru. Namamu akan selalu harum dalam sanubariku. Tanpamu aku bukanlah siapa-siapa. Hormat kami guru.

Iklan