Iklan

Iklan

,

Iklan

Dadang Kahmad: Kepala Sekolah Muhammadiyah Harus Piawai Membumikan Nilai Islam Berkemajuan

Redaksi
Selasa, 15 Oktober 2024, 13:41 WIB Last Updated 2024-10-15T06:41:41Z


BANDUNG –
Tak bisa dipungkiri, institusi pendidikan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah menjadi kekuatan bangsa Indonesia dalam menata peradaban maju dan modern, bahkan juga merekat perbedaan.


Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad pada Senin (14/10/2024) dalam Pembukaan Disdukpala Region 2 Jawa Barat yang diselenggarakan di Kota Bandung.


Pendidikan Muhammadiyah sebagai kekuatan bangsa Indonesia ini dijalankan oleh sosok-sosok yang ikhlas dalam mengemban amanah dan terdepan dalam mencerdaskan bangsa, yaitu guru-guru, kepala sekolah, dan seluruh civitas akademika.


“Dalam era yang penuh tantangan ini kepala sekolah Muhammadiyah diharapkan tidak hanya mampu secara teknis dan manajerial, tapi juga harus mampu menanamkan nilai-nilai Islam Berkemajuan,” katanya.


Nilai Islam Berkemajuan secara sederhana menurut Dadang dapat dipahami sebagai Islam yang menekankan pentingnya nilai keadaban, ilmu pengetahuan, dan kemandirian.


Meski sebagai kekuatan bangsa Indonesia, sekolah Muhammadiyah termasuk sekolah-sekolah swasta lain belum mendapatkan perhatian serius dan menyeluruh dari pemerintah. Seakan dinomorduakan dengan sekolah negeri.


Namun demikian, Dadang berpesan kepada sekolah Muhammadiyah untuk tidak patah arang. Dia mengatakan proses tidak menghianati hasil, serta harus menerapkan prinsip siapa cepat dia dapat dalam menjaring siswa.


Selain kedua prinsip tersebut, menurutnya yang tidak kalah penting untuk disiapkan sekolah Muhammadiyah adalah meningkatkan keunggulan. Sebab tantangan sekolah Muhammadiyah di masa sekarang lebih kompleks.


Tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh sekolah Muhammadiyah terkait dengan turunya murid baru adalah rendahnya angka kelahiran. Dadang mendedahkan, pada era 1970-an, satu keluarga bisa memiliki anak 5 sampai 6, tapi kini rata-rata anak dalam satu keluarga itu hanya 2 sampai 3, atau bahkan hanya satu anak saja.


“Yang ketiga mungkin keadaan ekonomi yang tidak stabil seperti sekarang ini,” ungkap Dadang.


Oleh karena itu, ketiga tantangan itu mulai dari keunggulan, rendahnya angka kelahiran, dan instabilitas ekonomi yang mendera dapat mengganggu dalam usaha memajukan sekolah-sekolah Muhammadiyah.***(MHMD)

Iklan