Iklan

Iklan

,

Iklan

Identitas Indonesia, Bangga Berbatik

Redaksi
Senin, 28 Oktober 2024, 15:05 WIB Last Updated 2024-10-28T08:05:32Z


JAKARTA --
Salah satu produk kebanggaan yang erat melekat dan menjadi identitas diri bangsa Indonesia adalah batik. Jika dikemas menjadi baju atasan,  gamis terusan, sarung hingga tas untuk menemani aktifitas, siapapun kita akan bangga memakainya. Menggunakan batik dalam keseharian telah jamak kita lihat dimasyarakat, tua maupun muda. 


Menurut sejarahnya, batik  menyebar ke seluruh nusantara dengan perkembangan corak desain motif khas, unik kental dipengaruhi oleh budaya dan kearifan lokal setempat. Diprediksi setidaknya ada sekitar 5.849 motif batik yang tersebar dari Aceh hingga Papua. 


Batik sendiri telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO tahun 2009. Pada awalnya batik dikenal sebagai  teknik menggambar di atas kain dengan menggunakan lilin dan canting. Seiring perubahan zaman serta kebutuhan manusia, keberadaan batik terus berinovasi dengan motif-motif berbeda dan perpaduan warna yang apik dan menarik.


Motif batik Indonesia secara umum dipengaruhi oleh letak geografis, misalnya daerah pesisir akan menghasilkan batik  dengan motif berhubungan dengan laut, jika daerah pegunungan akan terinspirasi oleh alam berupa sifat dan tata penghidupan daerah,  kepercayaan serta adat istiadat,  juga keadaan alam sekitar termasuk didalamnya flora dan fauna. 


Walaupun sempat diklaim hak cipta oleh Malaysia, Prof. Ulung Datuk Dr.Shamsul Amri Baharuddin, FASc dari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), saat menjadi narasumber di kegiatan Guest Internasional Lecture program Doktoral dan Magister Program Studi Sosiologi UMM, 17 September 2024 melalui room zoom cloud meeting, mengomentari saat ditanya tentang klaim budaya yang telah lama dikenal dunia sebagai budaya asli Indonesia. Menurutnya klaim budaya merupakan bagian produk sosial politik yang tidak dapat dihindari. "Ada jejak budaya yang juga tertinggal di Malaysia, karena karakter persamaan", tuturnya. 


Jika kembali mempelajari sejarah, bagaimana jalur perdagangan  zaman dulu, pertukaran budaya merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Proses tersebut terjadi natural, dalam bentuk komunikasi dan nilai hidup bahkan kebiasaan. Disebabkan pula adanya budaya yang sama (negara serumpun), sebab memiliki akar sejarah (kerajaan Nusantara), agama, keturunan yang masih satu leluhur. Merujuk dari istilah interaksi sosial masyarakat yang terbuka, maka tidaklah dianggap tabu dan aneh. 


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), serumpun dimaknai sebagai sekumpulan (sekelompok) yang berasal dari satu induk (tentang tumbuhan atau bahasa). Arti lainnya, serumpun adalah satu nenek moyang, dan negara terkategori serumpun misalnya Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. 


Bangga Berbatik


Bangga Berbatik adalah tema memperingati Hari Batik Nasional (HBN) 1 Oktober 2024, untuk kembali meresonansi kecintaan kepada warisan leluhur yang menyatu dalam kebiasaan dan nilai hidup. Batik mampu menyatukan perbedaan, atau sekedar kode persamaan untuk melakukan gerakan perubahan. Harus kita akui batik adalah pemersatu bangsa melalui pelestarian kearifan lokal.


Di Pontianak Kalimantan Barat misalnya, saat memperingati hari jadi Kota, semua instansi, lembaga pendidikan,  perindustrian, perdagangan dan jasa hingga masyarakat umum memakai baju adat atau baju resmi dengan paduan batik corak insang, bermacam warna cantik. Momentum tersebut menjadi ajang berekspresi, sebagai ungkapan mencintai kota kelahiran atau tempat tinggal dengan segenap hati. 


Atau jika ingin menemukan identitas instansi, maka pembeda terlihat dari seragam berbatik dengan kode unik lewat motif. Hal serupa juga terlihat pada organisasi sosial kemasyarakatan, batik tidak sekedar dress code, atau/untuk mengenalkan citra eksistensi, tetapi melambangkan kesakralan dan penghayatan karena merasa memiliki. 


Penulis: Amalia Irfani, Sekretaris LPP PWM Kalbar 


Iklan