Oleh: Haedar Nashir (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
JAKARTA — Pahlawan adalah orang yang berjuang dengan gagah berani untuk membela kebenaran kapan dan di manapun berada. Pahlawan menonjol karena keberanian dan pengorbanannya membela bangsa dan negara. Pahlawan dikagumi karena prestasi dan sifat-sifat luhurnya.
Persyaratan umum untuk diangkat menjadi pahlawan nasional ada enam kriteria. Pertama, warga Negara Indonesia yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi Daerah Republik Indonesia. Kedua, memiliki integritas moral dan keteladanan.
Ketiga, berjasa kepada Bangsa dan Negara. Keempat, berperilaku baik. Kelima, setia dan tidak menghianati bangsa dan negara. Keenam, tidak pernah dipidana penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat lima tahun.
Jadi, sebenarnya setiap warga dan lebih-lebih elite bangsa saat ini dapat menjadi pahlawan, tanpa harus ada tanda jasa. Apalagi sampai harus menunggu ajal tiba. Justru sebelum ajal tiba mari berbuat yang terbaik dan tidak berbuat yang tercela di negeri Indonesia yang sama-sama kita cintai. Bagi para elite bangsa, selagi memulai awal baru pemerintahan, mari menjadi para pahlawan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Apalagi para pejabat negara dari pusat sampai daerah.
Presiden Prabowo Subianto dalam Pidato di hadapan sidang MPR-RI menekankan pentingnya komitmen, pandangan, dan sikap tegas untuk menjaga konstitusi, penegakan hukum, pemberantasan korupsi, kedaulatan pangan, menghadapi kemiskinan, politik luar negeri yang bebas aktif, pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab, dan menegakkan kedaulatan Indonesia.
Demikian halnya ajakan presiden agar berani menghadapi masalah, tantangan, ancaman, kesulitan, dan gangguan yang dihadapi Indonesia. Presiden juga mengingatkan seluruh pejabat negara dan para pemimpin negeri agar membela kepentingan rakyat di atas segalanya, hidup bersih, menjaga persatuan dan kebersamaan, tidak saling mencaci dan membenci, serta menjadi teladan dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara.
Praktikkan oleh seluruh pejabat negara apa yang dipesankan oleh presiden terpilih tersebut dalam tindakan nyata mengurus rakyat dan negara. Utamakan nasib rakyat, apalagi mayoritas hidupnya masih pas-pasan serta masih menderita dan banyak masalah. Di antara mereka ada yang tergusur lahan hidupnya karena banyak sebab, yang sering tidak dapat dibela negara.
Ketika sebagian elite negara tidak sedikit yang hidup kaya raya, bahagia, dan berjaya. Bahkan ada pejabat biasa mempunyai uang satu triliun di rumahnya hasil gratifikasi, ketika betapa banyak anak bangsa masih miskin dan papa.
Pahlawan itu berperilaku baik, setia dan tidak menghianati bangsa dan negara, dan tidak pernah dipidana penjara. Artinya para pejabat dan elite bangsa yang niscaya jadi teladan, jangan berbuat tercela dan menghianati negara dengan korupsi, gratifikasi, penyalahgunaan kuasa, dan segala tindakan yang menyimpang serta merugikan bangsa dan negara.
Apalagi sampai berujung dipidana, betapa aibnya, dan jangan merasa nyaman dan masih bisa senyum masuk penjara karena masih besar simpanan hasil korupsi yang haram dan menyengsarakan rakyat. Korupsi dan segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan negara itu aib terbesar karena merusak sendi bernegara dan menghancurkan nasib rakyat.
Jika lima tahun ke depan seluruh pejabat publik berkomitmen kuat tidak melakukan tindakan-tindakan buruk tersebut sebagaimana integritas para pahlawan maka Indonesia akan jaya. Sebaliknya kalau menjabat niatnya untuk memperkaya diri dan terus berkuasa maka Indonesia akan makin tertinggal dari bangsa dan negara lain. Kalaupun fisik Indonesia kelihatan megah dan maju, tetapi keropos karena utang negara dan segala bentuk penyimpangan dalam bernegara dan mengurus negara.
Jika kita merayakan Hari Pahlawan Nasional pada setiap 10 November, jangan berhenti di seremonial belaka. Teladanilah jejak hidup dan perjuangan para Pahlawan Nasional itu dengan sepenuh jiwa raga.
Bila ada para elite bangsa yang menerima gelar tanda jasa dari negara, terimalah dengan kesyukuruan disertai tekad dan keteladanan untuk berkhidmat sepenuh pengabdian membela rakyat dan memajukan Indonesia. Gelar tanda jasa bukan untuk kebanggaan dan klangenan, sebaliknya menjadi beban dan tanggungjawab berat untuk menjadikan diri sebagai teladan layaknya pahlawan bangsa.
Warga bangsa pun dari yang muda hingga tua mari menjadi para pahlawan bangsa dengan cara hidup yang benar, baik, dan luhur. Sebaliknya tidak berbuat salah, buruk, dan tercela. Jika ingin sukses maka wajib kerja keras, hemat, gigih, dan berkemajuan. Jangan sukses karena menerabas, menghalalkan segala cara, serta hidup hedon, manja, dan jadi benalu.
Seluruh warga bangsa jangan memanjakan para pemimpinnya yang membuat mereka terlena kemudian menjadi pemimpin yang berbuat sekehandaknya. Jadilah warga bangsa yang berintegritas moral tinggi, cerdas, berilmu, dan bergerak maju.
Nasib Indonesia hari ini dan ke depan sangat tergantung kepada integritas dan jejak hidup para elite dan warganya yang berjiwa, berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai para pahlawan bangsa. Ubah imaji pahlawan dari sosok maya yang nun jauh di langit sana menjadi diri kita di dunia nyata demi Indonesia Raya.***