YOGYAKARTA – Dalam Pengajian Tarjih yang digelar pada Rabu (27/11/2024), Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Royan Utsany, menjelaskan perbedaan mendasar antara zakat, infak, dan sedekah. Ketiga istilah tersebut sering digunakan secara bergantian dalam kehidupan sehari-hari.
Royan memulai dengan menjelaskan bahwa zakat merupakan kewajiban harta yang memiliki syarat, alokasi, dan waktu tertentu.
“Di dalam zakat ada unsur paksaan. Jika seseorang tidak membayar zakat, itu harus ditagih karena hukumnya wajib,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa distribusi zakat hanya untuk delapan golongan (asnaf) yang telah ditentukan dalam Surat At-Taubah ayat 60.
Berbeda dengan zakat, infak memiliki cakupan yang lebih luas. “Infak itu berarti mengeluarkan atau membelanjakan harta, baik yang mencakup zakat maupun nonzakat,” jelas Royan.
Ia menyebut bahwa infak bisa bersifat wajib, seperti kafarat atau nazar, dan bisa juga sunah, seperti memberikan bantuan kepada fakir miskin atau korban bencana alam.
Adapun sedekah, menurut Royan, memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan infak dan zakat. “Sedekah bisa bermakna infak atau zakat, bahkan juga mencakup kebaikan nonmateri. Senyum pun termasuk sedekah,” katanya.
Penjelasan ini memberikan pemahaman bahwa sedekah tidak hanya terbatas pada materi, tetapi juga mencakup amal kebaikan lain yang mendatangkan manfaat.
Hubungan Kiamat dengan Jual Beli dan Persahabatan
Dalam sesi berikutnya, Royan mengaitkan kewajiban infak dan sedekah dengan konsep akhirat. Ia mengutip ayat Al-Qur’an yang menyerukan berinfak sebelum datang hari kiamat, ketika tidak ada lagi jual beli.
“Pada hari kiamat, transaksi duniawi seperti jual beli sudah tidak berlaku. Bahkan orang yang memiliki harta triliunan sekalipun tidak bisa menggunakan hartanya untuk menyelamatkan dirinya,” tegasnya.
Royan menekankan bahwa di akhirat tidak ada lagi sistem transaksional. “Jika sudah sampai akhirat, semua urusan duniawi, termasuk jual beli, selesai,” tambahnya. Ia mengingatkan bahwa kesempatan beramal, termasuk bersedekah dan berinfak, hanya tersedia selama hidup di dunia.
Selain jual beli, Royan juga membahas konsep persahabatan di hari kiamat. “Di akhirat, tidak ada istilah konco dewe (teman dekat). Semua hubungan bersifat individual, dan pertanggungjawaban sepenuhnya ada pada masing-masing individu,” ujarnya.
Pengajian ini memberikan pemahaman kepada peserta mengenai pentingnya memanfaatkan waktu di dunia untuk beramal. Royan mengingatkan bahwa kesempatan untuk berbuat kebaikan tidak akan tersedia lagi setelah ajal menjemput.***