Iklan

Iklan

,

Iklan

Ini Bedanya Tasawuf Muhammadiyah dan Tarekat

Redaksi
Rabu, 22 Januari 2025, 19:56 WIB Last Updated 2025-01-22T12:56:43Z


Deli Serdang –
Tasawuf Muhammadiyah memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan pemahaman tasawuf pada umumnya. Tasawuf dalam Muhammadiyah tidak terfokus pada praktik ibadah yang dilakukan di atas sajadah atau dengan begadang semalaman, melainkan berada pada tingkat yang lebih tinggi.


Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto, dalam acara Ideopolitor Muhammadiyah Regional Sumatra 1 yang berlangsung di Deli Serdang pada Senin (20/01/2025).


Agung menjelaskan bahwa tasawuf Muhammadiyah tidak menjauhkan diri dari kehidupan dunia untuk semata-mata fokus pada akhirat. “Tasawuf Muhammadiyah mengajarkan bagaimana menguasai kehidupan dunia, tetapi tanpa terpesona atau terjebak oleh dunia itu sendiri,” ujar Agung.


Ia menambahkan, hasil dari upaya duniawi yang diperoleh oleh warga Muhammadiyah tidak digunakan untuk kepentingan pribadi semata, melainkan untuk mendukung dakwah Islam, termasuk melalui pendirian Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan berbagai kegiatan sosial lainnya.


“Ini adalah tasawuf tingkat tinggi, melampaui sekadar pencapaian maqom tertentu seperti yang dicapai dalam tarekat. Muhammadiyah memegang konsep manusia ideal, yaitu sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” lanjutnya.


Sebagai contoh, Agung menyebutkan sosok Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat Nabi yang kaya raya namun tetap berkomitmen pada dakwah dan pengabdian kepada Allah SWT. “Abdurrahman bin Auf dijamin masuk surga meski memiliki kekayaan melimpah, karena ia memanfaatkan hartanya untuk kepentingan umat,” kata Agung.


Selain itu, Agung juga menyinggung kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk umat. Meskipun demikian, Abu Bakar tidak melalaikan kebutuhan pribadinya dan tetap menjadi sahabat Nabi yang dijamin masuk surga.


Agung berharap Muhammadiyah menjadi prototipe umat Islam yang mampu menyeimbangkan kesalehan spiritual dengan kesuksesan duniawi. “Menjadi saleh dan taat beribadah tidak boleh membuat kita melupakan atau menyepelekan urusan dunia. Tasawuf Muhammadiyah mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat dengan orientasi pada keridaan Allah SWT sebagai tujuan utama,” tutupnya.***

Iklan