Iklan

Iklan

,

Iklan

Panduan Sekolah Ramah Lingkungan, Aisyiyah Luncurkan Buku Islamic Green School

Redaksi
Rabu, 08 Januari 2025, 20:14 WIB Last Updated 2025-01-08T13:14:02Z


JAKARTA –
Dalam beberapa tahun terakhir, isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan menjadi tantangan global yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor pendidikan.


Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, sebagai organisasi Islam yang telah berdiri lebih dari satu abad, memiliki tanggung jawab moral untuk menghadirkan solusi nyata melalui pendidikan yang inovatif dan berkelanjutan. Islamic Green School diharapkan menjadi wujud konkret dari komitmen ini dan menjadi gerakan nasional.


Jelang Tanwir I ‘Aisyiyah, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah meluncurkan Buku Islamic Green School, sebuah Pedoman Praktis Sekolah Ramah Lingkungan. Buku yang diawali oleh niat kuat Eco Bhinneka Muhammadiyah membuat model Islamic Green School dengan ‘Aisyiyah Boarding School Bandung yang diluaskan menjadi gerakan nasional, dengan menyusun buku panduan Islamic Green School oleh pakar-pakar pendidikan dari Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat. Penyusunan buku panduan ini didukung penuh oleh Majelis PAUD Dasmen PP ‘Aisyiyah dan LLHPB PP ‘Aisyiyah.


Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Masyitoh Chusnan, menyampaikan buku ini sebagai langkah yang penting, mendesak, dan strategis di tengah era globalisasi yang serba instan dan berdampak pada lingkungan hidup. Prof Masyitoh menekankan bahwa ibu-ibu ‘Aisyiyah merupakan ujung tombak dakwah lingkungan.


“Kami berharap buku ini menjadi panduan guru dalam mengenalkan lingkungan sesuai usia anak didik, sehingga lebih tepat sasaran,” imbuhya.


Ia menyebutkan bahwa PP Aisyiyah terus mendorong penerbitan karya intelektual yang lainnya.


“Buku ini kelak merupakan aset intelektual yang tidak pernah punah,” imbuhnya.


Sementara itu Wamendikdasmen, Fajar Riza Ul Haq, menyampaikan bahwa peran sekolah sangat penting dalam menjaga lingkungan. Buku ini menjadi kontribusi signifikan untuk membangun kesadaran ekologis di sekolah sebagai rumah kedua bagi anak-anak.


“Anak-anak kita perlu lebih mengenal persoalan kehidupan yang mengancam eksistensi. Sehingga mereka memiliki kesadaran yang berkelanjutan, dan mampu menempatkan diri sebagai khalifah yang memakmurkan dan melestarikan sumberdaya alam,” terangnya.


Fajar juga mengingatkan bahwa perubahan iklim telah menjadi ancaman nyata, seperti banjir di Abu Dhabi dan cuaca ekstrem yang mengganggu pelaksanaan ibadah haji. “Anak-anak harus dikenalkan dengan efek negatif pemanasan global, agar mereka memahami dan mengambil peran dalam mitigasi serta adaptasi,” tambahnya.


Hening Parlan, Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah, menggarisbawahi bahwa Islamic Green School tidak hanya berhenti di buku, tetapi harus diwujudkan melalui aksi nyata (Islamic Green Action). “Kita butuh inovasi yang dimulai dari obrolan kecil hingga menjadi gerakan besar. Pola asuh, gaya hidup hijau, dan keterlibatan masyarakat sekitar sekolah adalah kunci keberhasilan Islamic Green School,” katanya.


Peluncuran Islamic Green School bersamaan dengan Tanwir I ‘Aisyiyah yang diharapkan akan menjadi tonggak penting dalam upaya Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah untuk mendorong integrasi nilai-nilai keislaman dengan praktik keberlanjutan. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Eco Bhinneka Muhammadiyah, Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PP ’Aisyiyah, Majelis PAUD Dasmen PP ’Aisyiyah, dan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Barat, yang dirancang untuk memperkenalkan


Peluncuran buku yang dilaksanakan di Aula Lantai 6 Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah ini dihadiri 82 orang peserta yang berasal Majelis, Lembaga, Ortom PP Muhammadiyah dan PP ‘Aisyiyah, serta dari Ikatan Guru ABA (IGABA) dan Ikatan Guru ‘Aisyiyah se Indonesia (IGASI), serta lebih dari 409 orang peserta dari PWA se Indonesia yang bergabung secara daring melalui ZOOM.

Iklan