Oleh: SUKRON ABDILAH, Pemimpin Redaksi MGN
JAKARTA -- Di dalam Al-Quran dan hadis, Islam menegaskan eksistensi Maha Pencipta, yang Maha Esa dalam kehidupan, yakni Allah Swt. Eksistensi-Nya, bukan bagi kehidupan manusia saja, namun bagi segala sesuatu yang “mengada”(Being) di jagat semesta ini.
Tetumbuhan, lautan, galaksi, dan seluruh apa yang ada di muka bumi ialah hasil kreasi Allah untuk kita manfaatkan sebaik-baiknya.
Di dalam Al-Quran dijelaskan, “Dialah Tuhanmu, tiada Tuhan selain Dia, Pencipta segala sesuatu.”(QS. Al-An'am:102). Segala wujud; mulai dari sekecil atom dan nirwujud, hingga sebesar gunung dan lebih besar dari alam raya, dalam permulaan maupun keberlangsungannya diciptakan Sang Pencipta Maha Tunggal, Allah Swt.
Al-Quran menegaskan bahwa pencipta alam ini benar-benar ada, yang dapat dirasakan dalam seluruh gerak kehidupan. Dia mengetahui segala sesuatu. Bahkan, lebih dekat kepada manusia dari urat nadinya sendiri.
Dialah Allah Swt., “Mengetahui apa yang di bumi dan apa yang tumbuh dari dalam tanah, apa yang turun dari langit dan apa yang naik. Dia selalu bersamamu di manapun kamu berada.” (QS. Al-Hadîd:4).
Sadarkah Anda, bahwa ada bertumpuk-tumpuk hikmah dari kehidupan yang kini tengah Anda rasakan dan nikmati? Sadarkah juga, dari sekian banyak kenikmatan-Nya salah satunya Anda lahir menjadi seorang makhluk-Nya bernama manusia?
Dari sekian ciptaan-Nya Anda dipilih mengemban kepemimpinan di muka bumi. Akun kehidupan Anda ialah manusia dengan username yang diberikan orang tua. Kalau di situs jejaring sosial, akun ialah “www.facebook.com/nama.anda”, maka di kehidupan nyata, Anda menjadi ciptaan-Nya dengan alamat akun “makhluk.manusia/nama.anda”.
Sadarilah bahwa akun kehidupan Anda ialah sebagai “manusia”. Bukan sebagai “binatang” atau “syetan” dan “jin”. Dengan kesadaran atas kategori akun kehidupan ini, tentunya akan mengarahkan kehidupan Anda menuju kebahagiaan.
Ketika hidup tengah dililit pelbagai masalah, Anda menyadari bahwa “aku adalah manusia; merasa, berpikir, dan berspirit”. Aku eksis, maka aku harus eksis menanggulangi persoalan hidup, termasuk menggapai kesuksesan dan kebahagiaan dengan mengoptimalkan rasa, pikir, dan spirit.
Di dalam setiap persoalan hidup yang hadir, Allah Swt. tidak mengisolir diri dari makhluk-Nya. Tidak pula terhijab, kendati mereka melakukan dosa paling besar. Sebab, Dia adalah Maha Pencipta yang Maha Pemaaf. Sebesar apa pun dosa yang kita lakukan, dengan kemahapemurahan-Nya, akan melebur tak berbekas kalau kita bertaubat sungguh-sungguh.
Anda bernafas dan hidup dikarenakan sifat Maha Agung Allah, Dialah yang Maha Pengatur dan Maha Hidup. Dia berfirman, “Sesungguhnya Allah yang menumbuhkan biji-bijian dan tetumbuhan. Dia membangkitkan kehidupan dari yang mati, dan mematikan yang hidup.” (QS. Al-An'âm []:95).
Karena itulah, hakikat Ilahiyah dalam diri merupakan kebenaran super aktif yang mesti menggerakkan kehidupan. Kemudian, dengan kebenaran super aktif juga akan lahir kemudahan menanggulangi pelbagai halangan, rintangan, dan masalah dalam hidup ini.
Al-Quran menggambarkan kebenaran super aktif bagi manusia dapat mengenal Tuhan secara mendalam. Kesaksian primordial dirinya ketika di dalam rahim: “kami bersaksi” akan terpantik ke permukaan alam sadar. Dengan segala wujudnya – materi, ruhani, jiwa maupun pikiran – kita akan mengenal tanda-tanda kekuasaan-Nya hingga mengetahui apa yang harus dilakukan.
Dia yang Maha Berkuasa, berfirman, “Akan Kami perlihatkan ayat-ayat Kami di alam semesta ini dan di dalam jiwa mereka, hingga jelas bagi mereka bahwasannya Dia adalah benar.” (QS. Fushshilat []:53).
Kesuksesan berbasis spirit ilahiah mesti diawali kesadaran diri bahwa Tuhan memberikan akun kehidupan pada Anda. Kita, sebagai seorang manusia mesti menyadari inilah inti dari anugerah-Nya, sehingga segera menempatkan kehidupan begitu indah dan mengasyikkan untuk dijalani.
Kita berpikir, Allah Swt. ialah Mabda' (asal-muasal kehidupan) dan juga Ghâyah (tujuan) yang kepada-Nya semua motivasi ditujukan. Perjalanan hidup kita tidak hanya berhenti pada saat mengalami kematian,melainkan karya dan kinerja kita bersifat kekal abadi melintasi ruang dan waktu.
Pepatah Arab mengatakan, “Khulliqtum lil baqâ'i lâ lil fanâ'i” (Kalian dicipta untuk keabadian bukan untuk kebinasaan). Ini artinya, bagi seorang mukmin, kehidupan harus dipandang sebagai tempat melahirkan karya bermanfaat sehingga akun kehidupannya bisa membuka setiap orang memaknai hidup.
Seorang karyawan perusahaan kualitas kerjanya ditingkatkan, guru di sekolah mengajar dengan tulus-ikhlas, pengusaha menjalankan bisnisnya untuk kepentingan sesama, dan siapa pun orangnya memaknai kehidupan sebagai ladang beramal saleh.
Keabadian karya bukan abadi di alam lahiriah an sich, di dunia seperti saat ini. Karena dunia hanyalah “tempat singgah bukan rumah permanent” dan hanya “rumah kontrakan bukan rumah pribadi”. Pun, manusia akan kembali kepada penciptanya dan bertemu Tuhannya.
Dengan demikian berkaryalah agar akun kehidupan Anda dikenal hingga melintasi ruang dan waktu.Di dalam Al-Quran dijelaskan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan menemui Tuhan kalian.”(QS.Al-Insyiqâq []:6).
Setiap manusia, mukmin maupun non-mukmin, pasti kembali menuju keharibaan Allah. Namun meninggalkan warisan berharga berupa ide, gagasan, ajaran, sikap, dan praktik maupun motivasi selama hidup, akan bersifat abadi sehingga menjadi amal yang tidak pernah berhenti mengalirkan pahala. Abu Bakar, Ali Ibn Abu Thalib, Umar Ibn Khaththab, Utsman Ibn Affan, Imam Ja’far Ash-shadiq, Al-Ghazali, dan seluruh manusia saleh berusaha mewariskan ide, gagasan, dan praktik amal saleh pada orang lain.
Ketika mereka meninggalkan bumi, jasa dan namanya masih dikenal; bahkan melintasi ruang dan waktu. Hal itu dilandasi dengan kesadaran atas akun kehidupan yang dimiliki. Mereka sadar bahwa, “Inna lillahi wa inna ilayhi râji'ûn”(QS. Al-Baqarah [2]:156).
Terma Ar-Rujû' berarti kembali ke tempat asal atau menuju kedudukan semula. Ungkapan ini menunjukkan bahwa gerak laku manusia mesti dikembalikan atau ditujukan kepada-Nya sebab kehidupan nyata adalah di akhirat kelak. Ayat (QS. Al-Baqarah [2]: 156) ini menunjukkan adanya mabda' al-fâ'ily (awal penciptaan) yaitu inna lillahi (sesungguhnya dari/kepunyaan Allah kita diciptakan) dan mabda' al-ghâyi (awal tujuan) yaitu wa innâ ilayhi râji'ûn (harus kembali kepada asal mula sumber kehidupan), baik ketika bekerja, beraktivitas, berbisnis atau berorganisasi.
Dengan kesadaran bahwa harus mengoptimalkan akun kehidupan di muka bumi, meniscayakan adanya tujuan mulia dalam jiwa setiap umat manusia. Sebab, Allah Swt. tidak pernah menciptakan sesuatu pun tanpa memiliki tujuan apa-apa atau sekadar main-main, “Tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang berada di antara keduanya dengan main-main"(QS.Al-Anbiyâ []:16).
Anda hadir di dunia karena dipercaya Allah untuk menjalani kehidupan yang super indah ini. Adalah sebuah kenikmatan agung, hingga kini Anda masih dapat melakukan beragam aktivitas. Anda masih dapat menyuapkan nasi. Anda juga masih dapat bekerja dengan penuh semangat. Bahkan, Anda masih dapat menertawakan sesuatu yang lucu di sekitar Anda.
Inilah hidup yang mesti Anda syukuri. Ketika Anda tidak mensyukurinya; berarti ada sesuatu yang hilang dalam diri Anda. Jejaring (konektivitas) ilahi dalam diri Anda tak terbangun sebab lupa bahwa diri Anda sejatinya terus-menerus wajibulkuduterkoneksi dengan Tuhan.
Anda kehilangan kesadaran. Anda tidak mengenali akun kehidupan sendiri. Seumpama pengguna jejaring sosial seperti facebook, twitter, linkedin, instagram, youtube, dll; Anda tidak akan pernah mampu menggunakannya bila tak mengetahui apa akun Anda. Begitu pun dalam kehidupan. Ketika Anda tidak mengenal akun kehidupan, ini akan berakibat pada lahirnya mental malas, putus asa, gampang kesal, marah, dan emosi negatif lain ketika menjalani kehidupan.
Ini juga adalah akibat dari hati-jiwa Anda tidak terkoneksi dengan Allah, yang sebetulnya bisa kita koneksikan dengan membaca dan memaknai 99 asmaulhusna. Marah itu boleh, kesal juga boleh, bahkan malas boleh; namun mesti menempatkannya pada situasi dan kondisi yang tepat.
Cobalah memaksakan diri untuk tertawa barang sekali saja dalam hidup. Hilangkan semua beban yang menggunung dalam diri. Lupakanlah sejenak. Berdoalah pada-Nya agar kehidupan Anda diliputi keberkahan. Cobalah menjelajahi diri Anda; potensi, keahlian, kelebihan, kekurangan, dan pelbagai sisi pribadi Anda yang terlupakan. Raihlah sepercik kesadaran diri.
Dengan begitu, Anda telah melangkah pada tangga awal menuju aktualisasi kinerja bernilai ibadah. Pemahaman Anda atas diri sendiri dan Tuhan, akan menjadi mesin pembangkit dahsyat yang dapat mengubah batu hitam menjadi logam mulia yang diburu banyak orang.
Setiap manusia sebelum terlahir ke muka bumi, diberi akun kehidupan masing-masing berupa spirit ilahi atau ruh. Di dalam ruh ini, tersimpan kebajikan, nilai, semangat ilahi, dan hasrat kesucian. Kemudian jasad yang membungkus ruh seiring perkembangan waktu, seolah mendominasi kehidupan Anda, sehingga tidak sadar bahwa di dalam kehidupan ini, Anda memiliki akun untuk terkoneksi dengan-Nya.
Pencipta yang bijak tidak akan membiarkan ciptaan-Nya tertatih-tatih di dunia yang penuh masalah. Dia memberikan beberapa perangkat lunak (software) dalam diri kita. Ketika kita mengetahui dan memahami perangkat lunak tersebut, hingga dapat mengoperasikannya; hidup kita akan menjadi berkah. Dia menganugerahi setiap manusia dua petunjuk, akal dan fitrah; serta disampaikan melalui Rasul dengan Wahyu-Nya.
Ketika perangkat lunak itu kita gunakan dengan tepat, maka akan jelaslah di mana letak kebenaran menuju puncak kesuksesan dan kebahagiaan nan abadi di dunia hingga akhirat. Allah Swt. juga memberikan perangkat lunak dahsyat untuk mentransformasi diri berupa mental. Perangkat ini mampu mengidentifikasi potensi diri dan menggerakkan diri mengerjakan sesuatu.
Ketika Anda memiliki mental block dalam bisnis, misalnya, dengan mengoptimalkan kekuatan mental; Anda akanmampu mendobrak mitos bisnis bahwa Anda tidak akan berhasil. Dari yang tadinya tidak percaya diri terjun ke dunia bisnis – karena terkena waham mental block – kalau mengenal akun kehidupan, tentunya segala sesuatu mudah dilakukan.
Mental block terjadi karena ada anggapan kesuksesan ditentukan pandangan kolektif yang memandang karyawan sebagai satu-satunya mata pencaharian. Sehingga Anda menjadi tidak percaya diri terjun sebagai pengusaha. Ketika Anda mendapatkan PHK dari perusahaan, jiwa diliputi keresahan menggunung. Anda, takut menjadi manusia miskin yang tak bisa menghidupi keluarga. Padahal, jelas bahwa yang mengatur rezeki ialah Allah Swt.
Tanpa menggantungkan diri pada perusahaan juga, Dia (Allah) akan mengantarkan Anda menemukan rezeki yang tak terkira. Manusia yang bertauhid dan mengenal akun kehidupan, mampu mengoptimalkan diri untuk keluar dari persoalan yang mengimpitnya. Ketika ia dalam keterpurukan, motivasi untuk bangkit tidak lantas padam, melainkan meningkat karena hidup dipahami sebagai tantangan.
Lokus mental block itu berada di alam bawah sadar, yang puluhan tahun mengendap di sana. Sudah menjadi bagian dari software pikiran kita. Manakala software pikiran itu belum di-upgrade maka tampilannya masih tetap. Artinya, sepanjang mental block-nya ialah mental karyawan, tampilannya (perilakunya) pun ialah perilaku karyawan.
Ibarat Anda sudah terlanjur familiar dan nyaman dengan program Microsoft Window mau pindah ke program Linux misalnya, membutuhkan perubahan paradigma. Sepanjang belum ada kebutuhan mendesak, dan anggapan lebih praktis, sepanjang itu pula mental block bekerja mengklaim diri sebagai orang yang “tidak mampu”.
Mengubah mental block pada dasarnya adalah mempengaruhi pola pikir (mindset) melalui sejumlah cara. Mental block ialah hasil pemikiran berupa keyakinan sementara. Maka sepanjang pikiran seseorang belum dirubah atau direkayasa, maka sepanjang itu pula mental block tidak berubah.
Karena itu, untuk meng-upgrade pola pikir yang tak produktif, Tuhan memberikan aplikasi yang sudah ditanamkan (embed) dalam diri kita. Ketika Anda menemukannya, kemudian memahami bagaimana kinerjanya, kesuksesan dan kebahagiaan adalah hal mudah untuk diraih.
Nafas, tenaga, semangat dan motivasi merupakan aplikasi-aplikasi ilahi yang ditanamkan oleh-Nya ke dalam diri manusia. Karena itu, sadarilah bahwa Anda harus meng-upgrade aplikasi tersebut sehingga dapat bertahan ketika gempuran masalah menerjang. Tindakan manusia bernilai selama sesuai dengan tujuan penciptaan. Dan hina, bila bertentangan dengan tujuan tersebut.
Sebagaimana kita tidak mungkin menyebut nama pohon secara serampangan (tanpa ada wujud pohon yang sebenarnya di luar diri kita), demikian pula menganggap diri sebagai manusia lemah, mengakibatkan Anda tidak mungkin mampu mewujudkan apa yang dicita-citakan.
Ingat, perubahan positif diawali dengan kemampuan mengenali diri Anda, baik dari sisi potensi, skill, relasi, modal emosional, landasan spiritual, maupun kelemahan sendiri. Di dalam sebuah pepatah Arab, dijelaskan “man arafa nafsahu, faqad arafa rabbahu”, barangsiapa yang mengenal dirinya, dia akan mampu mengenal kesuksesan hakiki.
Kenapa saya artikan rabbahu sebagai kesuksesan? Sebab, ditinjau dari sisi etimologis, rabbahu adalah pemelihara, pengayom, dan pelindung. Begitu pun dengan kemelimpahan materi yang kita miliki. Secara logika fungsinya hampir sama dengan pelindung, sebab banyak manusia yang menggantungkan diri pada materi.
Akan tetapi, ketika diri kita menempatkan keberlimpahan harta secara proporsional, hal itu akan mengarahkan pandangan kita ke arah kesucian niat. Harta yang kita miliki akan dimanfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Tak heran bila Rasulullah Saw., mewanti-wanti pentingnya mempersembahkan karya untuk kepentingan ukhrawi. Seluruh amal umat manusia akan sirna dan tertutup ketika manusia meninggal dunia. Kecuali, ujar manusia suci itu, 1). Amal kebajikan yang berdimensi sosial, seperti mendirikan dan mewakafkan instansi kemanusiaan; 2). Ilmu yang memiliki manfaat untuk seluruh semesta alam, baik bagi sesama makhluk-Nya maupun terhadap lian jenis makhluk-Nya; dan 3). Anak-anak yang memiliki kekuatan spiritual, emosional, sosial dan intelektual ketika menjalani kehidupan di muka bumi.
Dengan tiga warisan amal kebajikan inilah, kematian seseorang akan mengantarkannya kepada kebahagiaan hakiki.
Pada posisi inilah kehidupan di dunia dan di akhirat menjadi tempat super indah untuk dijalani bagi manusia yang menyadari dan menemukan akun kehidupannya. Sebagai manusia, dirinya memberikan manfaat yang super dihiasi kebajikan, seperti yang diinformasikan dalam Al-Quran, “Dan Kami berikan kepadanya kebaikan (kesuksesan) di dunia, dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang yang shaleh.” (QS. Al-Israa [17]:122).
Percaya dan yakinlah bahwa Allah telah memberikan akun kehidupan karena Anda ialah makhluk yang dipercaya. Apabila ragu, bahwa Anda tidak pantas mendapatkan akun kehidupan, inilah yang akan menghancurkan masa depan. Akun Anda, yang seharusnya dikategorikan sebagai seorang manusia, bakal disia-siakan. Bahkan dikhianati dengan mengidentifikasi diri sebagai binatang buas yang menghalalkan segala cara.
Perilaku para pejabat yang menjadikan korupsi sebagai sesuatu yang tak berdosa, misalnya, ialah cermin dari keraguan diri memperoleh akun kehidupan sebagai manusia. Sehingga dirinya terbelah kepribadian (split of personality) antara “binatang dan manusia”. Antara “kejahatan dan kebajikan”. Antara “keserakahan dan kepedulian”. Ketika ragu atas penciptaan Anda sebagai seorang manusia, disinilah asal muasal tidak mampu mengenal diri sendiri (laa ya’rafu nafsahu) sehingga Anda tidak akan lagi mengenal kebahagiaan berada di sisi-Nya (faqad arafa rabbahu).
Kenalilah akun Anda. Yakinilah bahwa Anda ialah seorang manusia, yang dengan bahagia menjalankan kepercayaan atau amanah yang diberikan-Nya di dalam hidup ini. Inilah nikmat-Nya, anugerah-Nya, dan kemurahan-Nya. Semua yang kita miliki adalah milik-Nya yang sewaktu-waktu dapat diminta kembali. Termasuk nyawa dan kehidupan Anda.
Karena itu, tetaplah menatap akun kehidupan sebagai seorang manusia yang diamanahi-Nya untuk menjadi pemimpin di muka bumi (khalifah fil al-ardh). Sekali lagi, kenalilah akun Anda agar kehidupan Anda diliputi keberkahan, keselamatan, kesuksesan, dan kebahagiaan. Ingatlah, bahwa Tuhan pada saat kita berada di dalam rahim telah menyuruh mengikrarkan kalimat, “sesungguhnya kami bersaksi” sehingga apa yang Anda lakukan menjadi sumber pahala tak terkira.
Orang yang tak mengenal inti penciptaan dirinya, hanya menginginkan kesuksesan duniawi. Mereka memohon kekayaan, harta benda, dan kedudukan untuk kehidupan di dunia ini. Namun, orang beriman, berdoa memohon dunia dan akhirat karena mereka percaya bahwa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama dekatnya dengan kehidupan dunia.
Firman-Nya, “Di antara manusia ada orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, dan tidak ada baginya bagian di akhirat.” Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.” Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 200).
Kita tidak dilarang oleh-Nya untuk memohon kesehatan, kekayaan, ilmu, dan kebahagiaan duniawi. Namun, semua permohonan sejatinya dipustakan untuk mencari ridha Allah. Memohon kekayaan, misalnya, digunakan di jalan Allah.
Nabi Sulaiman as adalah salah satu contoh manusia sukses dunia dan akhirat. Nabi Sulaiman as berdoa memohon kekayaan demi tujuan mulia yakni digunakan di jalan Allah, untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar dirinya sibuk berzikir. Pernyataannya diabadikan di dalam Al-Quran sebagai berikut, “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik karena ingat kepada Tuhanku.” (QS. Shad []: 32).
Nabi Sulaiman as pun mendapatkan kekayaan di dunia dan pahala di akhirat. Beliau ialah figur teladan yang patut diteladani. Dia seorang nabi yang kaya raya, shaleh, peduli dengan sesama, dan tidak melupakan Tuhan dalam kehidupannya. Bagi Anda, yang menghendaki kesuksesan dunia dan akhirat, syarat utama ialah kenalilah akun kehidupan; maka Anda akan mengenal Tuhan dalam kehidupan.
Setelah itu, Anda tidak akan menempatkan kesuksesan dunia sebagai segala-galanya. Dengan lapang dada, Anda akan menjadikan kesuksesan duniawi sebagai perantara menggapai ridha ilahi. Di dalam Al-Quran dijelaskan, “Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami akan memberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya bagian sedikit pun di akhirat.” (QS. Asy-Syura []: 20).
Jadikanlah diri Anda sebagai jejaring ilahi yang selalu memahami kehidupan dengan pemahaman super asyik. Saya jamin, Anda akan merasa lapang dada ketika kegagalan menerpa dan keterpurukan melekat dalam diri. Anda tidak akan menjadi manusia putus asa, sebab tak ada putus asa dalam kamus kehidupan bagi seorang makhluk-Nya yang diciptakan menjadi pemimpin di muka bumi. Inilah karakter manusia yang mengenal akun kehidupannya.
Mereka memahami apa yang menimpa dirinya sebagai tantangan yang melahirkan peluang. Mereka juga memahami harta, kekuasaan, dan tahta merupakan wahana menggapai kecintaan Allah Swt. dalam kehidupan mereka. ***